dakwah walisongo
KATA PENGANTAR
Assalmualaikum
wr. wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat illahi
rabbi atas curahan nikmat dan karunia Nya sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan pada Rosulullah beserta
keluarga (ahli bait).
Makalah
disusun untuk memenuhi tugas dalam persentasi Mahasiswa yang sudah di bagi oleh
Dosennya sehingga tugas ini di kerjakan dalam kelompok ataupun mandiri. Tugas
makalah ini dapat menjadikan setiap Mahasiswa menjadikan mandiri dalam mencari
materi materi dalam mata kuliah
tersebut.
Dalam
makalah yang saya buat ini terdapat materi yang bertemakan dakwah walisongo.
Materi ini menjadikan Mahasiswa mengerti dakwah Walisongo di Indonesia. Semoga
makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat buat saya sendiri dan bagi
Mahasiswa maupun Dosen pengampu mata kuliah studi islam indonesia, saya
menyadari dalam penulisan dan pembuatan makalah ini banyak kesalahan dan
kekurangan sehingga untuk itu kritik dan saran dari Mahasiswa dan Dosen yang
saya harapkan, semoga segala ikhtiar kita di ridhoi Allah SWT. Amin
Wassalamualaikum
wr wb
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Ketika kekuatan islam semakin
melembaga berdirilah kerajaan-kerajaan Islam. Berkat dukungan kerajaan kerajaan
serta upaya gigih dan para ulama sampai ke tanah Jawa.
Walisongo sebagai jantung penyiaran
Islam di Jawa, ajaran ajaran Walisongo memiliki pengaruh yang besar di kalangan
masyarakat Jawa. Walisongo memiliki nilai kekeramatan dan kemampuan-kemampuan
di luar kezaliman. Walisongo merupakan sembilan ulama yang merupakan pelopor
dan pejuang penyiaran di tanah Jawa pada
abad ke -15 dan ke -16. Proses islamisasi jawa adalah hasil dari perjuangan dan
kerja keras para walisongo, dilakukan secara damai nyaris tanpa konflik politik
maupaun kultural.
Kehadiran Walisongo bisa diterima
dengan baik oleh masyarakat. Karena menerapakan metode dakwah yang akomodatif
dan lentur. Kedatangan para wali menggunakan unsur unsur budaya lama sebagai
media dakwah dengan sabar sedikit demi sedikit walisongo memasukan nilai-nilai
ajaran islam ke dalam unsur-unsur yang sudah berkembang.
2.
Rumusan
Masalah
1.Siapa nama-nama Walisongo?
2.Bagaimana metode dakwah Walisongo?
3.Apa saja yang di sampaikan dalam
dakwah Walisongo?
3.
Tujuan
Masalah
1.Untuk mengetahui metode dakwah
Walisongo.
2.Supaya kita mengetahui atau
mengenal nama Walisongo.
3.Supaya kita dapat menteladani
dalam proses dakwah Walisongo.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Maulana
Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Maulana
Malik Ibrahim adalah keturunan Zainal Abidin, cicit Nabi Muhammad SAW. Sunan
gresik pada awalnya dakwahnya menggunakan pendekatan kekeluargaan dengan
menawarkan putrinya untuk diperistri raja Majapahit, upaya ini tidak berhasil
karena belum sampai tujuan rombongan terkena serangan penyakit sehingga banayak
yang meninggal. Namun tantangan ini tidak membuat Sunan Gresik tidak menyerah
untuk mengislamkan kerajaan Majapahit.
Pada
langkah berikutnya Sunan Gresik mengambil jalur pendidikan dengan mendirikan
pesantren. Upaya pendidikan di pesantren oleh Sunan gresik untuk dimaksudkan
untuk menampung dan menjawab permasalahan-permasalahan sosial keagamaan serta
menghimpun santri . Usaha ini tidak mempunyai kendala yang banyak karena syekh
mempunyai pengikut yang banyak serta setia dan pendanaan dari hasil usaha
dagangannya. Dalam perjalanan hidupnya Ia tetap bermukim di Gresik untuk
menyiarkan ajaran islam hingga akhir hayatnya pada tanggal 12 rabiulawal 822 H.
B. Raden
Rahmat atau Sunan Ampel
Raden Rahmad adalah Sunan putra
Sunan Gresik dari istrinya yang bernama Dewi Candrawulan.
Dalam dakwahnya Sunan Ampel
membangun pesantren di Ampel Denta dekat Surabaya. Pada pesantren yang di
asuhnya mendidik kader-kader da’I yang kemudian disebar ke seluruh Jawa. Sunan
Ampel telah mendidik murid-murid yang terkenal anatara lain Sunan Bonang, Sunan
Drajat, yang tak lain keduanaya putranya Sunan Ampel sendiri, Maulan ishak,
Sunan Giri, dan Raden Patah(Sultan Demak).
Sunan Ampel dikenal tegas dan
radikal dalam menyampaikan ajaran islam khususnya dalam bidang aqidah Ia sangat
mengkhawatirkan adanya penyimpangan di bidang aqidah akibat tradisi masyarakat
jawa seperti kenduri, slametan, dan sesaji, yang berkembang di kalangan
masyarakat. Sekalipun demikian Sunan Ampel tetap memiliki toleransi, sehingga
atas pertimbangan wali lainnya tradisi itu tetap dibiarakan.
Raden Rahmad wafat pada tahun 1481
M. Beliau dimakamkan di Masjid Ampel, Surabaya.
C. Maulana
Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra dari Sunan
Ampel dari istri yang bernama Dewi Candrawati. Sunan Bonang merupakan sepupu
dari Sunan Kalijagayang banyak dikenal sebagai pencipta gending pertama.
Dalam menjalankan dakwahnya Sunan
Bonang mempunyai keunikan dengan cara merubah nama-nama dewa dengan nama-nama
Malaikat sebagaimana yang dikenal dalam islam. Sunan Bonang sangat
memperhatikan trdisi dan budaya masyarakat yanag telah berkembang. Pada masa
itu masyarakat jawa memiliki kegemaran terhadap seni pewayangan yang ceritanya
diambil dari ajaran hindu dan budha melihat kenyataan yang ada maka Sunan
Bonang memanfaatkan wayang sebagai media penyampaian dakwahnya. Syair lagu
gamelan ciptaan para wali dan Sunan Bonang pada khususnya berisi ajaran tauhid
dan peribadatan.
Karya-karya Sunan Bonang yang berupa
catatan-catatan yang dikenal dengan Suluk Sunan Bonang berbentuk prosa dalam
gaya bahasa Jawa Tengah yaitu Sekar Damarwulan, Primbon Bonang dan Serat
Wragul.
D. Raden
Mas Syahid atau Sunan Kalijaga
Ayahnya bernama Raden Sahur
Tumenggung Wilatikta yang menjadi bupati Tuban, sedangkan ibunya bernama Dewi
Nawangrum.
Sunan Kalijaga dikenal sebagai
seorang wali yang berjiwa besar, berpandangan luas, berpikiran tajam, intelek,
Dinamis, Kreatif serta berasal dari suku jawa asli. Metode dakwah yang
diterapkan Sunan Kalijaga bisa dengan mudah diterima oleh semua kalangan
masyarakat. Sunan Kalijaga sebagai orang yang paling berjasa menggunakan
pendekatan kultural dalam berdakwah termasuk diantaranya wayang dan gamelan
sebagai media dakwah. Sunan Kalijaga mengarang berbagai cerita wayang yang
islami, khususnya yang bertemakn akhlaq.Disamping itu Sunan Kalijaga juga
terkenal sebagai seniman dan amat berjasa dalam seni suara, ukir, seni busana,
seni pahat.
Sunan Kalijaga meninggal pada
pertengahan abad -15dan makamnya di desa Kadilangu, Demak.
E. Raden
Paku atau Sunan Giri
Raden
Paku adalah putra dari Syekh Maulana Ishak(murid Sunan Ampel). Raden Paku
mendirikan pesantren di daerah Giri sebagai basis dalam menyebarkan dakwah
islam. Dari pesantren milik Sunan Giri ini lahir da’i-da’i yang kemudian mereka
menyiarkan agama islam ke luar pulau jawa. Sunan Giri mempunyai pengaruh besar
pada kesultanan Demak.
Raden Paku terkenal sebagai pendidik
yang mampu menerapkan metode permainan yang bersifat agamis karya-karyanya
berupa pemainan atau tembang diantaranya gula ganti, jamuran, jelungan, jor,
lir-ilir dan cublek-cublek suweng.
Pada saat Sunan Giri hendak
melaksanakan ibajah haji bersama Sunan Bonang keduanya menyempatkan singgah di
pasai untuk memperdalam ilmu keimanan
dan tasawuf. Pada sebuah kisah diceritakan bahwa Raden Paku bisa ,mencapai
tingkatan ilmu laduni. Dengan prestasi yang dicapai Raden Paku juga terkenal
dengan panggilan Raden Ainul Yaqin.
F. Raden
Kosim atau Sunan Drajat
Raden Kosim
mempunyai andil berdakwah dengan pendekatan kultural ia menciptakan tambnag
jawa yang sampai sekrang ini masih banyak disenangi masyarakat, yaitu tembang
pangkur dan cariosipun joko pertaka
Raden
Kosim memiliki kepekaan yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial. Sunan
Drajat lebih mengedepankan tema-tema kepedulian sosial dan kegotongroyongan
dalam aktifitas berdakwah. Sunan Drajat sangat memahami bahwa menyantuni anak
yatim dan fakir miskin merupakan sebuah kewajiban yang diperintahkan.
G. Ja’far
Shodiq atau Sunan Kudus
Ja’far Shodiq
adalah Putra Raden Usman Haji dengan silsilah lengakap sebagai berikut Ja’far
Shodiq bin Usman haji bin Raja pendeta bin Ibrahim al samarkandi bin Maulana
Muhammad jumadal kubra bin zaini al husain bin zani al kubra bin zainul alim
bin zainul abidin bin sayid husain bin Ali Ra
Sunan kudus
dipercaya sebgai panglima perang kesultanan demak ia mendapat kepercayaan umtuk
mengendalikan pemerintahan di daerah kudus. Sunan Kudus dalam melaksanakan
dkwah menggunakan pendekatan budaya, beliau juga memainkan peran sebagai sosok
pujangga yang menciptakan berbagai lagu dan cerita keagamaan. Karyanya yang
paling terkenal adalah gending maskumambang dan mijil. Sunan kudus meninggal di
kudus pada tahun 1550 M.
H. Raden
Umar Said atau Sunan Muria
Dalam berdakwah
Sunan Muria memiliki keunikan yaitu menjadikan desa-desa terpencil sebagai
medan dakwahnya. Sunan Muria dikenal sebagai wali yang lebih gemar menyendiri.
Sunan Muria memberikan pengajaran kepada masyarakat disekitar gunung Muria
dengan mengadakan kursus-kursus bagi para pedagang, nelayan, ataupun elemen
masyarakat kecil.
Beliau memiliki
karya tulis yang masih digemari hingga saat ini yaitu tembang sinom dan
kinanti.Dalam sejarah tidak diketahui secara persis tahun meninggalnya dan
menurut perkiraan meninggal abad ke -16 dan dimakamkan dibukit Muria.
I.
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung
Jati banyak memberikan kontribusi dalam menyebarkan agama islam di Cirebon Jawa
Barat. Sunan Gunung Jati berasal dari Pasai, setelah Ia melaksanakan haji
langsung menuju Demak dan memperistri adik Sultan Trenggana. Dengan mendapat
dukungan dari Sultan Trenggana Ia berangkat ke Banten untuk mendirikan
pemukiman muslim. Kemudian Ia menyebarkan di daerah Sunda Kelapa.
Sunan Gunung
Jati meninggal di Cirebon pada tahun 1570 dan usianya diperkirakan 80 tahun.
KESIMPULAN
Walisongo telah menunjukkan peranan
yang sangat berharga dalam menyiarkan islam di tanah Jawa. Melihat keberhasilan
dakwah walisongo maka banyak sekali yang dapat kita teladani dan contoh dalam
kehidupan sehari hari. Walisongo sangat terampil dalam menyebarkan agama islam
ia menpertemukan antara budaya islam dengan budaya jawa yang sebelumnya
bernotabe agama hindu dan budha. Ini adalah metode yang sangat spesial untuk
itu kita harus berhati hati dalam menyampaikan dakwah di masyarakat.
Walisongo memiliki pendekatan yang
khas dalam melakukan dakwah kepada masyarakat Jawa. Mereka mampu memahami
secara detail kondisi sosio-kultural masyarakat Jawa. Kontribusi Walisongo
dalam penyiaran islam di tanah Jawa sangat besar sesuai kapasitas personal yang
dimilkinya.
DAFTAR PUSTAKA
Sya’labi
, Ahmad(1979), Sejarah Kebudayaan Islam,Jakarta,
Pustaka al-Husna
Forum
Guru MA(2015), Modul Hikmah SKI,
Jakarta
Komentar
Posting Komentar